Pandemi Mengajarkan

Sudah hampir 2 tahun, pandemi melanda negeri ini dan dunia. Banyak sekali kenangan dan sejarah yang terekam oleh mata dan hati manusia. Bahkan, pandemi mengajarkan kebudayaan baru yang di “paksa” kan. Kita, manusia hari ini, adalah batu tapal dari penerus generasi antar generasi, antar zaman. Yang siap, atau tidak siap, yang disiapkan maupun yang tidak, kita akan melalui kehidupan dari waktu demi waktu.

Makna dari bertemu

Pertemuan, selalu membuat kita tergugah. Kepada siapa dan untuk apa kita bertemu. Tatapan dan sapaan antar sesama, adalah bagian penting sebagai manusia karena kita makhluk sosial.

Ternyata, pertemuan dimasa pandemi, merupakan bagian penting yang dirindukan dari ruh yang selalu gandrung akan sentuhan salam dan senyuman wajah.

Bertemu dan pertemuan, hal yang selalu dirindukan oleh perpisahan.

Jarak

Jarak, membuat kita jauh. Ya, jauh. Karena berjarak, maka kita tidak merasa dekat. Ketika pandemi, kita tidak bisa berdekatan, apalagi berkumpul layaknya hidup biasa.

Karena jarak, kita menjadi “jauh”.

Untungnya, kita dikasih teknologi, untuk merekatkan jarak yang ada. Pandemi, mengajarkan kita untuk bisa dekat, walau fisik kita jauh.

Kepedulian

Tentu, pandemi memberikan kita sebuah dampak. Para ilmuwan, pemerintah, PBB dsb. sedang berusaha untuk memulihkan semua hal. Kesehatan, ekonomi, sosial masyarakat, keagamaan, politik dst. Namun, satu hal yang tidak akan pernah ber-ubah dan harus selalu kita pegang sebagai manusia. Itu adalah kepedulian.

Ketika pandemi, saling peduli adalah koentji

Siapa saja yang tidak peduli, pastinya menjadi manusia individualistik yang tak di mau-i zaman. Jangan, jangan.. Zaman adalah “perahu” yang kita sendiri harus berdamai dengannya.

Mari Belajar

Belajar, atas pandemi yang telah menghiasi hidup kita sebagai manusia di abad ini, adalah keniscayaan. Kita perlu berdamai dengan diri sendiri dan orang lain serta semua makhluk. Siapa sangka, harus kita yang menelan pil pahit berupa pandemi di dalam kehidupan. Ternyata, dibalik pandemi ini, ada rasa syukur yang wajib kita renungi. Pandemi, kami berpasrah atas penciptamu. Tuhan semesta alam, mau kita untuk berubah lebih baik, sebagai manusia.

Meja Kantor, 2022

Author: Tirta A

an Enthusiast learner | Setiap detik hidup adalah pemaknaan

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.