Revolusi Industri 4.0 dan Society 5.0: “Kita Masih Perlu ‘Berlari’ dalam Kesiapannya”

Istilah Revolusi Industri 4.0 pertama kali diperkenalkan oleh Profesor Klaus Schwab Ilmuwan Ekonomi dari Jerman yang menulis dalam bukunya: The Fourth Industrial Revolution tahun 2011. Revolusi Industri 4.0 mengemukakan konsep bahwa seluruh aspek kehidupan dengan memanfaatkan IOT internet of things (IOT), artificial intelligence (AI) dalam lingkupan mesin industry bahkan sampai rumahan, seperti konsep smart home, smart city dan sebagainya.

Begitu juga Society 5.0 yang sekarang sedang hangat dibicarakan oleh para ilmuwan-ilmuwan social maupun ilmuwan eksak yang tercetus pertama kali di Tokyo Jepang oleh Yuko Harayama di 27 Januari 2019. Jepang mencanangkan seluruh aktifitas social masyarakat dari awal bangun tidur sampai tidur lagi melibatkan aspek teknologi untuk personal support bahkan principal support dalam setiap manusia di Jepang.

Hal ini sangat menjadikan Indonesia sebagai negara berkembang adalah peluang sekaligus tantangan. Menurut APJII (Asosiasi Penyelenggaran Jasa Internet Indonesia), Indonesia baru saja mencapai penetrasi 73.7% pengguna internet dari total jumlah penduduk Indonesia. Dengan kata lain, kita masih berkutat pada ranah infrastruktur, pemerataan ekonomi dan tentu saja kualitas Pendidikan di Indonesia, untuk mengimbangi perkembangan revolusi industry (mengikuti), atau menyongsong society 5.0 tersebut.

Peluang yang sangat terbuka bagi Indonesia, khususnya masyarakat luas adalah akses keterbukaan bagi siapapun pengguna internet untuk meningkatkan kualitas hidup dengan meningkatkan akses informasi yang berefek pada peningkatan kualitas SDM. Dengan adanya pengguna internet yang massif membuka peluang Indonesia untuk terus maju dari sektor hulu dan hilirnya.

Namun, ini semua menjadi tantangan jika menurut Riset platform media sosial Hootsuite serta platform media We Are Social, pada tahun 2020 penduduk Indonesia sudah mencapai 160 juta orang menggunakan social media, dengan peringkat 10 besar se-dunia. Hal ini juga menjadi tantangan tersendiri apakah social media menjadi-kan Indonesia sebagai negara yang mampu mengikuti perkembangan teknologi untuk kemajuan atau hanya menjadi sektor user (pengguna) saja?

Berkaitan dengan itu semua, sudah saatnya Indonesia menjadi negara berkembang yang terus melakukan proses perkembangan. Salah satunya adalah menggunakan social media sebagai tempat untuk meningkatkan wawasan dan jaringan pertemanan. “Pemanfaatannya” menjadi pertanyaan kedepan bagi warganet +62, apakah internet hanya sebatas sebagai hiburan atau berkembang. Pada akhirnya, setiap diri kita yang harus menjawab, apakah akses keterbukaan informasi yang kita dapatkan hari ini, menjadikan kita maju atau terlena untuk terus menjadi penikmat teknologi dengan sajian-sajian yang penting tak penting.

Fenomena Revolusi industry 4.0 dan society 5.0 ini, harus dijawab oleh semua sektor, baik pemerintah, swasta, dan masyarakat dengan semangat terbaru agar nyatanya, kemerdekaan kita dapatkan di tangan kita sendiri. Sudah saatnya, kita tak lagi dijadikan teknologi sebagai budak, tapi kitalah yang “memperbudak” teknologi untuk melayani kita dan kebutuhan kita untuk maju dalam kehidupan masyarakat modern, agar tercipatanya masyarakat maju dan sejahtera disemua kalangan. “Kita perlu “berlari” untuk mengejar ketertinggalan, kita tak bisa jalan apalagi diam ditempat.” (TA)

Referensi:

[1] Yuko Harayama TEDx https://www.youtube.com/watch?v=C2uG2WmMDuA

[2] Kolom Pakar: Revolusi Industri 4.0 & Society 5.0 https://ft.ugm.ac.id/kolom-pakar-industri-4-0-vs-society-5-0/

[3] Penyebaran Internet di Indonesia https://www.kominfo.go.id/content/detail/30653/dirjen-ppi-survei-penetrasi-pengguna-internet-di-indonesia-bagian-penting-dari-transformasi-digital/0/berita_satker

[4] Tren pengguna https://www.goodnewsfromindonesia.id/2020/08/26/menelisik-tren-peningkatan-pengguna-internet-di-indonesia

Ditulis dalam rangka tugas menulis opini “Workshop Optimalisasi Sosial Media” UHAMKA 17-18 Februari 2021

Author: Tirta A

an Enthusiast learner | Setiap detik hidup adalah pemaknaan

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.